IKHLAS DALAM PUASA

Ikhlas dalam puasa adalah memurnikan niat dan tujuan dalam menahan diri dari hal­-hal yang membatalkan puasa, hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT. Puasa hamba yang ikhlas bukan sekedar menahan hawa nafsu, seperti makan dan minum. Tetapi ia juga harus menjaga penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapannya dan perasaannya untuk tujuan lain selain kepada Allah SWT. Mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Seorang hamba menjaga ucapan, tindakan, dan perbuatannya hanya untuk Allah semata.

Dalam bahasa puasa (shiam) berarti menahan diri. Dalam syariat Islam, puasa berarti menahan diri dari segala yang membatalkannya (makan, minum, dan bersetubuh), mulai dari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari yang dilaksanakan untuk mendapatkan ridho Allah. Sesuai firmannya, “Hai orang­-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagai mana yang diwajibkan atas orang­orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS. Al­Baqarah;183).

Puasa adalah bentuk pengorbanan seorang hamba kepada Tuhannya. Hamba yang puasa adalah hamba yang memenjara dan mengendalikan hawa nafsunya, mulai matahari terbit hingga matahari terbenam, di waktu-waktu yang telah ditentukan Allah. Puasa adalah ibadah yang dapat mendisiplin ruhaniah seorang hamba.

Rahasia keberhasilannya tergantung pada diri sendiri, karena puasa bukanlah semata­-mata amalannya orang banyak. Yang dapat menilai kesempurnaan puasa seorang hamba, hanya dirinya sendiri dan Allah SWT. Karena itu, puasa sesungguhnya adalah amalan batin antara hamba dan Penciptanya.
Hamba Allah yang ikhlas dalam puasanya, akan mencapai derajat ketaqwaan di mata Allah, karena berhasil dan tidaknya ibadah puasa seseorang adalah pengekangan hawa nafsu duniawi, yang mendidik seorang insan untuk berbuat baik dan mulia, lalu menjauhi maksiat dan kemungkaran. Ibadah puasa yang tidak disertai keikhlasan dalam mencari keridhoan Allah, akan menjadi sia­-sia dan tak ada nilainya di mata Allah.

Sesuai sabda Nabi,

“Betapa banyak orang berpuasa, hasilnya hanya lapar dan dahaga.“ (H.R. Bukhari)
Puasa itu untuk Allah, bukan untuk diet, atau sekedar menahan lapar dan dahaga. Tetapi menahan nafsu yang membatalkan dan mengurangi pahala puasa, seperti pandangan mata yang membawa maksiat, pendengaran yang hanya memfitnah orang lain, menyentuh wanita yang bukan mukhrimnya, berbohong, menipu, menghasut menghujat, melecehkan, memarahi, hingga menghina orang lain. Puasa bukan untuk mencari kesaktian,penguasaan ilmu kebatinan tertentu, hingga ingin disebut sholeh. Apapun tujuan puasa selain Allah, akan sia­-sia amalnya di mata Allah.
Puasa dengan ikhlas, adalah ciri¬ciri hamba Allah yang bertaqwa. Dan semulia¬mulianya manusia di antara manusia lain, adalah manusia¬manusia yang bertaqwa.

Sesuai firmannya :
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah, adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian.“ (QS. AL¬Hujurat : 13)

"Dan Allah menyelamatkan orang¬orang yang bertaqwa, karena kemenangan mereka. Mereka tiada disentuh oleh azab neraka dan tidak pula mereka berduka cita.“ (QS. AZ¬Zumar : 61).
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan membuat baginya jalan keluar (dari setiap masalah), serta memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka¬sangkanya. Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.“ (QS. Ath¬Thalaq : 2¬3).
Keikhlasan hamba Allah dalam melaksanakan puasa, akan membuka jalannya mencapai derajat ketaqwaan.

Seorang hamba yang bertaqwa kepada Allah, akan Allah angkat derajatnya, dan dijauhinya ia dari azab neraka, mereka juga tidak akan berduka cita. Orang¬orang yang bertaqwa, akan selalu dimudahkan Allah dari segala ujian dan kesulitan hidup yang menimpanya. Segala keperluannya akan dicukupi, dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka¬sangkanya.
Peranan ibadah puasa dalam membentuk pribadi¬pribadi yang bertaqwa, amat sangat subtansial. Puasa adalah latihan¬latihan untuk meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan rahmat yang di karuniakan Allah kepadanya.

Penderitaan dan pengorbanan berpuasa, akan menjadi pembersih diri dari dosa¬dosa yang pernah dilakukan. Dan yang paling penting dalam kehidupan sosial, berpuasa dapat menumbuhkan rasa simpati dan solidaritas pada kelompok sosial masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan.
Ikhlas dalam melaksanakan puasa, akan mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam kedekatan seorang hamba pada Allah SWT. Memperkuat keimanannya, buah dari kesabaran dalam mengendalikan diri dari perbuatan hawa nafsu.

Sesuai sabda Rasulullah SAW :

“Puasa adalah separuh kesabaran, dan sabar itu separuh iman.” (HR. Baihaqi)
Puasa yang ikhlas akan memperkuat kesabaran hamba Allah, dan kesabaran akan memperkuat keimanan sang hamba. Keimanan seorang hamba akan membawanya pada derajat ketaqwaan, yang akan memuliakannya.(Muhammad Gatot Arya Al-Huseini)

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar anda

Join Twitter

Like Facebook

APP BAZMA FOR ANDROID

Copyrights © 2022 | All Rights Reserved | Bazma Asset 2
Copyrights © 2019 | All Rights Reserved | Bazma PHR Zona 4
Back to top